'/> Pembahasan Un Bahasa Indonesia Ihwal Cerpen -->

Info Populer 2022

Pembahasan Un Bahasa Indonesia Ihwal Cerpen

Pembahasan Un Bahasa Indonesia Ihwal Cerpen
Pembahasan Un Bahasa Indonesia Ihwal Cerpen
.com - Cerpen. Pembahasan ujian nasional bidang studi bahasa Indonesia wacana dongeng pendek untuk tingkat menengah atas. Cerpen merupakan salah satu karya sastra yang cukup terkenal di kalangan pembaca terlebih di kalangan pelajar. Dalam ujian nasional, setidaknya ada satu atau dua soal wacana teks cerpen. Pada kesempatan ini, edutafsi akan membahas beberapa soal wacana cerpen yang pernah keluar dalam ujian nasional tahun-tahun sebelumnya. Semoga sanggup menjadi citra bagi pelajar dan siswa untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional tahun ini.

Soal 1 : Menentukan Konflik dalam Cerpen

Bacalah kutipan cerpen memberikankut ini dengan seksama!
"Oo, kamu marah, Pak Tua? Apa sudah bau tanah suka marah-marah!!"
"Huss! Apakah kamu anggap saya ini Pak Tuamu?"
"Aku bukan Kangmasmu!" hardik kakek-kakek itu lagi.
"Oo iya! Tentunya saya harus memanggilmu mbah ya! Aku lupa sungguh. Tapi bantu-membantu awal tadi telah saya ingatkan kalau saya bersalah. Siapa bersalah wajib diingatkan. Jika tidak demikian? Coba gambarkan berapa banyak kesalahan yang saya perbuat selanjutnya.
Kakek itu tertunduk. Wajahnya berubah terang. Lalu bicara dengan bunyi tidak berdaya.
"Betulkah bicaramu?"
"Aku sudah tampak sangat tua?"
"Mengapa?"
"Pantas kamu panggil mbah?"
"Hi-hi-hi! Pertanyaanmu itu! Kau kini kentara sekali merasa sedih! Mengapa? Apakah lantaran umurmu yang lanjut, apa lantaran tidak tahu kamu sudah tua?"
"Jangan bersendau gurau, Kenes, saya betul-betul bertanya!"
(Tikungan di Dekat Bendungan, Oleh St. Ismariasita).

Konflik yang tergambar dalam kutipan cerpen tersebut yakni wacana .....
A. Panggilan yang disampaikan kepada kakek dengan kata mbah dan mas
B. Kecemasan tokoh kakek akan ketuaan usianya
C. Ketidakcocokan penggunaan kata sapaan dengan realitas
D. Tokoh Kenes memilih usia seseorang, sudah bau tanah ataukah masih muda
E. Kakek dan Kenens memperebutkan sapaan mbah dan mas.

Pembahasan :
Cerpen merupakan karya sastra berupa karangan pendek yang berbentuk naratif, umumnya mengisahkan sepenggal kehidupan insan yang penuh konflik, mengharukan, dan mengandung kesan yang tidak memperringan dan sepele dilupakan. Dalam cerpen biasanya terdapat konflik yang menjadi inti dari sebuah alur cerita. Konflik sanggup diartikan sebagai kontradiksi dan biasanya digambarkan oleh penulis dalam bentuk ketegangan atau kontradiksi antar tokoh.

Jika dibaca secara seksama, kutipan teks cerpen di atas menampilkan bercengkrama antara tokoh Kakek dan Kenes yang mulanya berdebat mengenai sapaan yang sempurna kepada Kakek. Namun inti dari alur tersebut yakni kegelisahan tokoh Kakek akan usianya yang sudah semakin tua. Hal itu terlihat terang ketika tokoh kakek menanyakan apakah beliau sudah sangat bau tanah dan sudah pantas dipanggil mbah. Hal itu menjadi konflik tersendiri dalam alur tersebut. Jadi, koflik dalam kutipan cerpen di atas yakni kecemasan tokoh kakek akan ketuaan usianya.
Jawaban : B

Soal 2 : Menentukan Watak Tokoh dalam Cerpen

Berdasarkan kutipan cerpen pada soal nomor 1, tabiat tokoh Kakek dalam alur tersebut yakni ....
A. Pemarah
B. Pendendam
C. Pemalu
D. Penyabar
E. Perasa

Pembahasan :
Secara garis besar, unsur-unsur penyusun sebuah cerpen sanggup dibedakan menjadi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupaan unsur pembangun yang berasal dari dalam cerpen itu sendiri. Unsur intrinsik mencakup tema, penokohan (perwatakan), alur, seting, gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat.

Penokohan yakni penentuan tokoh-tokoh atau pelaku yang diceritakan dalam cerpen. Secara umum tokoh dibedakan menjadi protagonis, antagonis, tritagonis, dan figuran. Masing-masing tokoh biasanya mempunyai tabiat yang berbeda-beda. Watak merupakan sifat tokoh dalam dongeng tersebut.

Pada kutipan cerpen di atas, sanggup dilihat bahwa tabiat dari tokoh Kakek yakni perasa atau atau cenderung sensitif. Watak ini tercermin dari kalimat "Kakek itu tertunduk. Wajahnya berubah tenang. Lalu bicara dengan bunyi tak berdaya. "Betulkah bicaramu? Aku sudah tampak sangat tua?" Kalimat tersebut menjelaskan bagaimana reaksi tokoh Kakek atas ucapan Kenen sebelumnya.
Jawaban : E

Soal 3 : Menentukan Nilai Budaya dari Suatu Cerpen

Bacalah teks memberikankut ini dengan seksama!
Aku pikir saya telah tertidur beberapa jam lantaran imbas sampanye dan letusan-letusan bisu dalam film itu. Lalu ketika saya terbangun, kepalaku merasa terguncang-guncang. Aku pergi ke kamar mandi. Dua dari kawasan duduk di belakangku diduduki perempuan bau tanah dengan sebelah kopor berbaring dengan posisi yang terlupakan di medan perang. Kaca mata bacanya dengan rantai manik-manik beradu di atas kedengkianku, untuk tidak mengambilnya.

Nilai budaya yang ada dalam penggalan cerpen tersebut yakni ....
A. Mabuk-mabukan
B. Menonton film
C. Minum sampanye
D. Dengki terhadap orang lain
E. Tidak peduli terhadap orang lain.

Pembahasan :
Salah satu unsur intrinsik dalam sebuah cerpen yakni amanat atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Biasanya amanat tersebut tercermin dari penilaian-penilaian yang tertanam di dalamnya menyerupai evaluasi budaya, evaluasi moril, evaluasi agama, dan sebagainya. Nilai budaya merupakan evaluasi hasil pikiran, akal, budi yang menjadi kebiasaan.

Pada penggalan cerpen di atas sekilas kita sanggup melihat bagaimana tabiat dari tokoh Aku yang kurang baik. Dan salah satu evaluasi budaya yang ditampilkan oleh tokoh tersebut yakni kebiasaan meminum sampanye. Pada beberapa kalangan atau tradisi, minum sampanye merupakan hal yang sudah biasa dalam kehidupan sehari-hari. 
Jawaban : C

Soal 4 : Menentukan Permasalahan dalam Cerpen

Melihat tingkah kedua sampaumur itu, ditambah dengan ajakannya yang menggoda, serta musik pengiringnya yang merangsang, penumpang-penumpang yang banyak itu pun tergelitik ikut menari. Semua mereka kini menari. Anak gadis yang duduk di sebelahku mungkin terpengaruhi pula untuk menari. Dia menoleh kepadaku dan berkata," Mari kita ikut menari, Pak."
"Taklah. Badan Bapak masih terasa sakit. Kau sajalah yang menari."
"Tapi tak ada pasangan yang tersisa untukku. Ayolah! Temani saya. Tak apalah sakit-sakit sedikit. Apa kata anak muda itu? Lupakan sejenak segala duka! Ayo. Mari sejenak kita ikut berlupa-lupa."
"Bapak tidak pantas menari bersamamu. Malu dilihat orang. Apa kata mereka nanti? Si bau tanah yang tak tahu dituanya!"
"Semua orang kini ini sedang gila menari! Tak pantas kalau tak ikut menari di tengah orang yang sedang menari. Ayolah, Pak. Ayolah. Malu bukan lagi milik orang kini ini. Ayolah. Lupakan sejenak segala duka! Mari bergembira." Ditariknya tanganku. 
"Saya ingin sekali menari di atas kereta rel listrik yang sedang berjalan. Bagaimana rasanya melenggok di atas lantai yang bergoyang. Tak pernah saya temukan suasana gila menyerupai ini, seumur-umur. Ayolah, Pak. Mumpung ada orang yang mengambil inisiatif."
(Di Atas Kereta Rel Listrik, oleh Hamsad Rangkut).

Masalah yang diungkapkan dalam kutipan cerpen di atas yakni .....
A. Ajakan seorang gadis pada tokoh Aku untuk ikut menari
B. Keinginan tokoh Aku terhadap seruan gadis menari
C. Suasana gila di atas kereta rel listrik yang sedang berjalan
D. Seorang gadis yang ikut menari di atas kereta rel listrik
E. Kesadaran tokoh Aku untuk menari mengikuti seruan seorang gadis.

Pembahasan :
Dari percakapan yang terjadi antara gadis dan tokoh Aku dalam kutipan cerpen di atas, terang terlihat bahwa seorang gadis mengajak tokoh Aku untuk menari sebagai pasangannya. Jadi, permasalahan yang diungkapkan dalam kutipan cerpen tersebut yakni mengenai seruan seorang gadis pada tokoh Aku untuk ikut menari.
Jawaban : A

Soal 5 : Menentukan Amanat dari Sebuah Cerpen

Amanat yang terdapat dalam kutipan cerpen pada nomor 4 di atas yakni ....
A. Rasa malu hendaknya diubahsuaikan dengan situasi dan kondisi dikala itu
B. Anak-anak muda hendaknya tidak mengikuti perkembangan bidaya asing
C. Orang harus memperberat sebelahkan sesuatu sebelum melaksanakan perbuatan
D. Seharusnya orang harus berilmu mengikuti keadaan dengan lingkungan dikala itu
E. Anak-anak muda seharusnya jangan memperringan dan sepele terpengaruhi oleh budaya dalam negeri.

Pembahasan :
Karya sastra menyerupai cerpen dan novel biasanya sarat akan amanat atau pesan. Setiap penulis umumnya selalu mengdatang kan suatu pesan dari karya tulisnya yang ingin disampaikan kepada pembaca. Amanat sendiri merupakan salah satu unsur intrinsik pembangun sebuah cerpen yang sepatutnya ada dalam cerpen. Karya cerpen yang tidak mempunyai amanat akan cenderung tidak bermakna bagi pembaca. Dengan kata lain, amanat menjadi evaluasi tersendiri bagi sebuah karya.

Pada kutipan cerpen di atas, terang terlihat bahwa ada penolakan dari tokoh Aku dikala diajak menari oleh seorang gadis muda. Ia mempunyai perberat sebelahan tersendiri untuk tidak ikut menari lantaran merasa hal tersebut tidak pantas untuk dilakukan. Jadi, amanat yang ingin disampaikan penulis pada alur dongeng di atas yakni "Orang harus memperberat sebelahkan sesuatu sebelum melaksanakan perbuatan".
Jawaban : C

Soal 6 : Menentukan Keterkaitan Watak
Bacalah teks memberikankut ini dengan seksama!
"Bahkan ibu bersedia pergi kepada apa yang disebut orang-orang pintar, dari satu pulau ke pulau lain. Padahal, ibu begitu benci pada ilmu seram. Ibu tidak percaya pada tiruana yang tidak masuk akal. Namun, banyak yang menasihati ibu harus percaya dan mencobanya juga. Maklumlah alam timur masih penuh dengan hal-hal gaib, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan seram. Semua itu ibu lakukan untuk mendapat engkau Maniek. Betapa ibu mendambakan kelahiranmu, Nduk,"
(Rumah Tanpa Cinta, karya Titiek W.S)

Keterkaitan tabiat tokoh ibu seorang yang bimbang pada kutipan tersebut dengan kehidupan sehari-hari yakni ....
A. Pasrah pada kehendak yang Mahakuasa
B. Prinsip seseorang balasannya goyah mendengarkan nasihat orang
C. Berusaha keras dan berserah diri kepada Tuhan
D. Bersemangat lantaran ingin mendapat anak secara medis
E. Menjunjung tinggi kebijaksanaan dalam berusaha mendapat anak.

Pembahasan :
Dari percakapan yang diucapkan sang Ibu pada kutipan di atas, terang terlihat bahwa ada mulanya kebimbangan dalam hati sang Ibu untuk mengikuti hal-hal tak masuk kebijaksanaan yang mulanya tidak ia percayai. Namun pada akhirnya, ia rela pergi demi mendapat momongan. Keterkaitan tabiat Ibu dengan kehidupan sehari-hari yakni kecenderungan seseorang yang goyah prinsipnya akhir mendengarkan nasihat atau bujukan orang lain.
Jawaban : B

Demikianlah pembahasan beberapa soal ujian nasional bidang studi Bahasa Indonesia wacana cerpen. Selain cerpen, dalam ujian nasional juga terdapat beberapa soal wacana karya sastra lainnya menyerupai puisi, drama, novel, dan sebagainya. Jika pembahasan soal wacana cerpen ini memberi manfaat, bantu edutafsi membagikannya kepada teman-teman anda melalui tombol share yang tersedia.
Advertisement

Iklan Sidebar